dimuat di media online:eramuslim
oleh Anas Ayahara Jumat, 06/02/2009 13:39 WIBPagi-pagi sekali Pak Salman sudah memberi makan nasi sisa dan pelet pada Ikan-ikan Lelenya , pelet dan nasi yang ia tebarkan ke kolam terbuat dari terpal warna biru yang diletakkan di lubang dan gentong berisi air di pekarangan rumahnya.
Pagi itu lain dari biasanya Setiap Tetangga yang lewat berteriak menyapa dengan sapaan yang berbeda dan dengan tambahan beberapa kata antara lain:
"Selamat ya Pak Salman …. Bapak Walikotaku,
Selamat Pagi Pak Walikota, tadi malam saya melihat perolehan suara bapak unggul mutlak 70an% menurut survei perhitungan cepat"
"Oh ya. ?" jawab Pak Salman, sambil agak melotot
Pak Salman memang tak begitu peduli dengan pencalonan dirinya sebagai walikota, bahkan segala atribut dan spanduk, disiapkan dan dimodali oleh kader sebuah partai yang masih saudara dan masih tetangganya juga, dan tak disangka sangka, ternyata Pak Salman menang pilkada terpilih sebagai walikota yang juga tetap merangkap bekerja sebagai peternak ikan lele.
Sebelumnya Pak Salman rajin mengikuti pengajian rutin dengan niat ibadah menambah ilmu di sebuah Pengajian yang tidak mengharamkan partai. Di pengajian rutin itu Pak Salman memancarkan Pesona Kecerdasan dan Pesona Rendah Hatinya.
Karena rajinnya mengkuti kegiatan jamaah. Maka tak disangka para kader partai memilih dirinya menjadi calon walikota dalam sebuah Pilkada. Dan tak disangka-sangka Pak Salman bisa menang atas Izin Allah dan kerja sama yang solid dari tim suksesnya.
Kini Pak Salman mendapat dua penghasilan yaitu dari hasil penjualan ternak Lele di halaman rumahnya dan penghasilan dari gaji sebagai walikota.
Akibatnya,
Beliau menjadi punya kesempatan hidup bergelimang kemewahan, pulang pergi bisa dikawal Polisi Patwal. tetapi dirinya tidak mau bermewah-mewah. Pak Salman tak mau mengambil satu rupiahpun dari gajinya sebagai walikota.
Sehingga,
Uang Gajinya sebagai Walikota menjadi sering habis untuk:
• kegiatan-kegiatan sosial,
• menyumbang anak yatim,
• menambal jalan-jalan berlubang ,
• menyumbang sekolah yang rusak
• dan lain-lain sesuai keadaan yang dilaporkan anak buahnya atau keadaan yang ditemuinya Langsung.
Suatu ketika, Pak Salman ingin berbelanja dapur ke pasar, untuk mengindari pengawalan dan pujian yang berlebihan dari rakyatnya, Pak Salman terpaksa menyamar menjadi orang biasa berpakaian sederhana, berkacamata bening, memakai sendal Jepit, Pak Salman pergi ke pasar berjalan kaki tanpa pengawalan polisi, beberapa ratus meter menuju pasar, beliau bertemu seorang laki-laki dari kota lain yang baru pulang berbelanja sedang berjalan memikul barang bawaan sepertinya untuk dijual lagi. barang bawaan dua karung plastik yang lumayan berat yang membuat lelaki itu kelelahan.
Karena dia melihat Pak Salman yang hanya berpakaian sederhana, lalu lelaki itu memanggilnya
"Pak… ..tolong bawakan barang ini sampai angkot 03 itu ya Pak, nanti saya kasih upah"
Pak Salman menurut saja, dia memikul salah satu karung tersebut ke punggungnya dan mereka berjalan bersama sama. di tengah perjalanan mereka berpapasan dengan rombongan orang. Lalu rombongan itu berhenti dan mengucapkan salam berkata: "assalamu'alaykum".
"waalaykumussalam wr. Wb" Jawab lelaki dan Pak Salman secara bersamaan.
Rupanya, salah seorang lelaki dari rombongan itu mengenali suara Pak Salman dan bergegas mendekati Pak Salman yang saat itu memakai topi.
orang itu menatap serius wajah Pak Salman sambil berkata: "eh Pak Salman ya...., biar saya yang bawakan Pak, waduh masak Bapak walikota mau repot-repot membawa barang berat begini"
Pak Salman menolak,
Lelaki si pemilik barang tersentak kaget, dia baru sadar bahwa orang yang membantunya membawakan barang ialah Pak Salman S.Kom sang walikota yang terkenal dermawan itu yang Juga Peternak Lele yang sukses dan laris.
Lelaki pemilik barang itu menjadi salah tingkah dan berusaha terus menerus meminta maaf atas kelancangannya dan mencoba menarik karung yang sedang dipikul Pak Salman.
"tidak usah, sebelum ku antarkan sampai angkot 03 itu" Jawab Pak Salman menjawab sambil tersenyum...
"Kok masih ada ya walikota yang begitu" ku berkata dalam hatiku,badanku yang baru saja mengulet dan bibirku menguap selesai bangun tidur siang.
***
bila ada kesamaan nama dan tempat hanya kebetulan belaka
kisah di atas hanya rekaan yang suatu saat bisa terjadi,
semoga bisa saja terjadi di Indonesia Kita yang tercinta...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar